Advertisement

Promo November

Sedoeloer Kopi, Menjaga Harum Temanggung Sampai di Berbagai Penjuru Indonesia

Sirojul Khafid
Selasa, 23 April 2024 - 00:17 WIB
Sirojul Khafid
Sedoeloer Kopi, Menjaga Harum Temanggung Sampai di Berbagai Penjuru Indonesia Kopi produksi Sedoeloer Kopi Temanggung sedang dalam proses pengeringan di Temanggung, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. - Ist/Infantri

Advertisement

Harianjogja.com, TEMANGGUNG—Sedoeloer Kopi mencoba menjaga nama Temanggung di dunia kopi Indonesia tetap harum aromanya. Pengolahan dari hulu ke hilir agar kopi daerah lereng gunung ini punya ciri khas tersendiri.

Di Temanggung, Jalan Raya Kedu menyusuri dua lereng gunung besar. Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Di sepanjang jalan berkelok dan naik turun itu, pengendara akan melihat persawahan di kanan dan kirinya. Mulai dari sawah berisi tanaman sayuran, tembakau, serta kopi.

Advertisement

Udara dingin lereng gunung seperti membuat tanaman betah. Mereka bertumbuh dengan baik, menjelma menjadi mata pencaharian para petaninya. Di salah satu rumah yang terlewati Jalan Raya Kedu, ada rumah produksi bernama Sedoeloer Kopi Temanggung. Pemiliknya adalah Infantri.

Setelah mencoba banyak usaha, perjalanan hidup membawa Infantri bertemu dengan dunia budidaya kopi pada 2014. Di tahun-tahun itu, trend kopi sedang naik-naiknya di Temanggung dan sekitarnya. Selama 2014 dan setahun ke depannya, Infantri banyak berkeliling dari satu warung kopi ke kedai kopi lainnya.

Mencicipi dan mengobrol tentang kopi seakan ‘ibadah’ baru yang rutin dia lakukan. Dari obrolan dengan banyak pemilik usaha kopi, Infantri mengetahui bahwa stok biji kopi di Temanggung dan sekitarnya selalu kurang. Ada peluang usaha, begitu pikir Infantri. Belajar, mencicipi kopi, dan juga mengobrol dengan pengusaha kopi semakin intens dia lakukan.

Hasilnya apa dari seluruh proses itu? Infantri mengatakan, “Saya pernah sakit asam lambung dan masuk rumah sakit. Saya tumbang. Terlalu sering minum kopi, masih semangat belajar, ternyata perutnya kurang cocok. Dulu suka banget kopi, sekarang diatur minumnya.”

Badan memang pernah tumbang karena kopi. Namun justru itu menjadi momen lahir dan bangunnya usaha pengolahan kopi. Infantri merasa pasar kopi masih besar. Sementara di Temanggung banyak petani kopi. Dia memang punya kebun kopi, namun belum bisa masuk masa panen. Sejak menanam benih kopi, setidaknya butuh waktu empat tahun sampai panen pertama. Kebun milik Infantri pun lebih banyak diurus adiknya.

Dia lebih fokus menjadi tengkulak dan juga pengolah kopi dari biji ceri kopi hingga menjadi green bean. Tahun 2015 menjadi pengolahan kopi pertamanya. Jumlahnya standar saja, dua kwintal biji kopi kering. Sejak awal, Infantri fokus menjual kopi kering, atau sudah menjadi green bean. Berbeda dengan tengkulak di Temanggung lainnya, mereka lebih banyak menjual olahan kopi hard skin (HS) alias biji kopi berkulit tanduk basah. Biji kopi HS berasal dari pengupasan lapisan kaskara buah kopi gelondong basah dan masih mengandung air antara 45% hingga 50%.

Secara pengolahan, kopi HS lebih cepat. Dari mendapatkan kopi, hanya butuh sehari penjemuran, sudah bisa langsung jual. Meski untungnya sedikit, namun modalnya juga sedikit. Perputaran uang dari kopi HS bisa lebih cepat.

“Kopi masih kondisi basah di jual keluar Temanggung, biasanya ke Jawa Timur. Akhirnya kopi [Temanggung] kami enggak begitu terkenal, Temanggung-nya enggak ada namanya. Kalau saya beli ceri kopi sampai saya keringkan, jual udah jadi [atau mendapat label sebagai] Kopi Temanggung,” kata Infantri, saat dihubungi secara daring, Selasa (2/4/2024).

Penjualan pertama Sedoeloer Kopi dengan jumlah dua kwintal hanya butuh waktu sebulan sampai ludes. Besarnya permintaan kopi ini membuat Infantri semakin percaya diri menekuni usahanya. Proses produksi semakin rutin dengan jumlah yang semakin meningkat.

Pernah Infantri mendapat pesanan dua ton pada tahun 2016. Semua bahan baku dan proses sudah berjalan seperti biasanya. Namun setelah kopi siap angkut, ternyata pemesan tidak mengambil kopi sebanyak 2.000 kilogram itu.

“Mereka enggak ngasih uang muka, saya pemain baru, enggak tahu, enggak ada perjanjian hitam di atas putih. Ternyata enggak diambil sama orang itu. Tapi untungnya masih bisa jual, meski agak lama,” katanya.

Perjalanan memproduksi kopi membuat sistem semakin berkembang. Dari sebelumnya pengeringan kopi di Sedoeloer Kopi menggunakan sistem manual, kini seluruhnya fullwash.

Kuat dalam Negosiasi Harga

Pengeringan manual berarti kopi dijemur dengan kulitnya. Keuntungannya, laba dari penjualan bisa bisa lebih besar, lantaran berat kopi yang tinggi. Namun konsekuensinya, waktu penjemuran cukup lama, bisa mencapai sebulan.

Sementara metode fullwash mengeringkan biji kopi dengan sistem pengupasan terlebih dahulu. Ada proses pemisahan kulit dan daging biji kopi. Setelah itu ada proses fermentasi. Semua prosesnya bersentuhan dengan air. Dengan metode fullwash, waktu pengeringan lebih cepat, sekitar sepuluh hari. Pengeringan lebih cepat, namun berat kopi menjadi menurun.

Proses pengeringan secara manual sudah tidak mumpuni dengan perkembangan produksi di Sedoeloer Kopi Temanggung yang semakin meningkat. Tahun 2024 ini misalnya, target produksi mencapai 10 ton. “Misal jemur manual dengan waktu selama itu, tempatnya terbatas, dan lama juga,” kata Infantri.

Proses mencari bahan baku, mengolah, sampai akhirnya kopi siap jual bisa memakan waktu beberapa pekan bahkan bulan. Selama proses ini, belum ada pemasukan, lantaran penjualan baru bisa terlaksana setelah kopi dalam bentuk green bean.

Maka bantuan permodalan menjadi penting. Sejak 2017, Infantri meminjam uang melalui Kredit Usaha Rakyat Bank rakyat Indonesia (KUR BRI). Pinjaman pertama sebesar Rp50 juta, angka yang cukup besar untuk memulai pinjaman di bank. Usut punya usut, hubungan keluarga Infantri dengan BRI sudah panjang, bahkan sejak 1999.

Dahulu, ayah Infantri membuka usaha bengkel. Suatu hari, ada pegawai BRI yang ingin menambal ban. Namun ban dalam yang sobek tidak memungkinkan untuk ditambal, harus ganti ban dalam baru. Sayangnya, sparepart di bengkel ayah Infantri belum lengkap.

“Pegawai BRI itu bilang, ‘besok ke BRI, pinjem modal buat beli oli, ban, dan lainnya.’ Sejak itu mulai berhubungan dengan BRI. Kalau dulu ayah saya yang ngakses kredit, sekarang saya yang pinjem,” kata laki-laki berusia 41 tahun ini.

Nilai pinjaman untuk usaha Sedoeloer Kopi Temanggung terus meningkat sampai ratusan juta. Tahun ini, Infantri ingin meminjam Rp500 juta untuk produksi. Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Jogja, John Sarjono, mengatakan BRI sebagai mitra pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan KUR.

Pada 2023, BRI Regional Office (RO) Jogja yang mencakup wilayah DIY dan sebagian Jawa Tengah telah menyalurkan KUR sebanyak Rp18,45 triliun dengan total 432.452 debitur. Di samping itu, ada pula penyaluran KUR Mikro sebanyak Rp16,46 triliun dengan total 424.919 debitur serta KUR Kecil sebanyak Rp1,98 triliun dengan total 7.533 debitur.

Dari total KUR di BRI RO Jogja 2023, penyaluran di sektor perdagangan sebanyak 42,2%. Sementara di sektor jasa sebanyak 23,6%, sektor pertanian 21,0%, sektor industri pengolahan 11,7%, dan sektor perikanan 1,6%. “UKM yang mendapat kredit KUR cenderung semakin maju dengan kesempatan nasabah untuk bisa naik kelas, dari kredit KUR Supermikro ke Kredit KUR Mikro, dan Kredit KUR Mikro bisa naik kelas ke Kredit KUR Kecil. Sehingga nasabah dapat terus membangun usahanya untuk berkembang lebih maju. Dan BRI senantiasa siap untuk mendukung pertumbuhan nasabah UKM,” kata Sarjono, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/3/2024).

Dalam produksi di Sedoeloer Kopi Temanggung, modal menjadi barang penting dalam menentukan harga. Apabila seluruh proses menggunakan modal sendiri, maka Infantri bisa lebih leluasa menentukan harga pada penjual.

Berbeda apabila konsumen memberikan uang muka untuk produksi kopi. “Kadang konsumen ngatur harga kalau ngasih uang muka dulu. Apalagi kami sebagai orang Jawa, kadang enggak enak kalau udah dikasih uang dulu. Kalau kita proses sendiri, mereka enggak bisa intervensi harga,” kata Infantri.

Kopi Bisa Bicara Lebih Keras

Sejak awal berdiri, Sedoeloer Kopi Temanggung sudah berusia sembilan tahun. Selama menjalankan usahanya, Infantri menekankan kejujuran dan konsistensi. Kejujuran dalam arti mengakui kualitas kopi, entah sedang bagus atau sedang kurang baik.

Infantri terbuka untuk para konsumen mencicipi sampai merasa mantep dengan kopi arabikanya. “Saya jujur misal kopi ini kurang bagus, bilang aja kurang bagus. Kadang orang terlalu banyak cerita kopi ini begini-begini, filosofinya begini-begini, padahal rasanya enggak sama kaya ceritanya. Biar kopinya yang bicara lebih,” katanya.

Di samping itu, perlu konsisten terhadap metode pengolahan. Sekarang Infantri konsisten menggunakan sistem fullwash. Sehingga para konsumen sudah paham dan tahu, kalau beli kopi hasil dari metode fullwash, maka akan ke Sedoeloer Kopi Temanggung.

Prinsip ini yang sekiranya membawa produk kopi Infantri bisa sampai ke berbagai wilayah Indonesia. Sedoeloer Kopi sudah sampai di Jogja, Salatiga, Semarang, dan daerah lainnya. Pengiriman juga ke distributor di Tengerang dan Bali. Dari dua distributor itu, kopi milik Infantri semakin banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Harga kopi dalam bentuk green bean milik Sedoeloer Kopi Temanggung senilai Rp120.000 per kilogram.

Ke depan, Infantri ingin mengembangkan usaha, dari yang saat ini baru kopi arabika, nantinya akan menjamah ke robusta. Rasa kopi arabika cenderung halus, kompleks, dan manis. Sedangkan kopi robusta cenderung lebih kuat, lebih manis, dan lebih berminyak.

Di samping itu, Infantri juga berangan-angan memiliki doom untuk penjemuran kopi. “Saat ini jemurnya di lapangan, kalau hujan masih harus ngentasi (mengangkat jemuran). Kopinya aman, tapi waktu keringnya makin lama. Apalagi sekarang hujan enggak terprediksi musimnya. Kalau punya doom enak, tinggal masukin, ujan enggak ada masalah,” kata Infantri.

Semakin tertata fasilitas di Sedoeloer Kopi, harapannya produksi akan semakin meningkat pula. Para petani yang menjual bahan baku kopi juga semakin banyak terwadahi. Setelahnya, baru tugas Infantri untuk mengolah dengan maksimal, agar harum kopi Temanggung semakin tersebar ke berbagai daerah di Indonesia.

Nantinya, tidak hanya pemandangan di sepanjang Jalan Raya Kedu saja yang indah di kanan-kirinya. Tapi perekonomian masyarakat, terutama para petani dan produsen kopi di Temanggung, juga semakin indah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK

Bantul
| Jum'at, 22 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement