Advertisement
Pembangunan Pariwisata Borobudur Harus Unggulkan Kebudayaan Lokal

Advertisement
Harianjogja.com, MAGELANG-- Pembangunan pariwisata di Candi Borobudur diharapkan tidak meminggirkan hak-hak warganya, tetapi mengusung wisata berkeadilan yang memberikan peluang untuk semua masyarakat terutama kebudayaan lokal.
Hal tersebut menjadi salah satu fokus yang muncul dalam Sarasehan Nasional bertajuk “Pariwisata Berbasis Identitas dan Budaya Lokal”, rangkaian Festival Tridaya Mandala Borbudur, di Taman Lumbini Borobudur, Selasa (24/6/2025) malam.
Advertisement
BACA JUGA: Ketua RT di Kota Magelang Terima Honor Rp350.000, Ketua RW Rp500.000
Narasumber sarasehan terdiri peneliti sekaligus Anggota Dewan Ruang Inisiatif Toba, Masro Delima Silalahi, Direktur Eksekutif Daerah Walhi Nusa Tenggara Barat, Amri Nuryadin, pendiri Flores Documentary Network (FDN), Gregorius Afioma, dan inisiator Bali Performing Arts Meeting, Wayan Sumahardika.
Mereka mewakili destinasi wisata Program Bali Baru: Danau Toba, Mandalika, dan Pulau Komodo. Kawasan Borobudur diwakili Dwias Panghegar, Sekretaris SKMB, paguyuban pedagang kaki lima korban penggusuran pengembangan wisata Candi.
Dwias Panghegar mengatakan dengan adanya pembangunan pariwisata prioritas di Borobudur, wajah kawasan Borobduur berubah drastis, seperti adanya pembangunan lampu yang menerangi jalanan sekitar Candi. Paradigma wisata juga berubah dari mass tourism menjadi quality tourism. Banyak investor yang ingin menikmati peluang pariwisata dan banyak tanah yang dibeli untuk pembangunan fasilitas wisata.
"Kami berharap pembangunan di Borobudur mengusung wisata yang berkeadilan. Peluang-peluang untuk semua masyarakat. Jangan hanya untuk pihak-pihak tertentu, tetapi ke setiap komunitas," katanya.
BACA JUGA: Doa Akhir dan Awal Tahun Baru Islam 1 Muharram, Lafal Arab Berikut Artinya
Ia mengatakan Festival Tridaya Mandala Borobudur ini memberikan ruang kepada para pemuda agar lebih semangat mengembangkan potensi wisata dan kesenian. Kerajinan yang menonjolkan identitas lokal akan dikelola secara berkelanjutan, sehingga memberikan keuntungan langsung bagi warga Borobudur.
“Kami memberikan ruang seni untuk mereka (pemuda) tampil. Mengembangkan kesenian yang memiliki identitas lokal yang nantinya bisa dikembagkan secara berkelanjutan,” katanya.
Kerajinan batik misalnya. Para pemuda tidak hanya mendapat kesempatan untuk belajar membuat pola dan teknik pewarnaan, tapi juga menggelar fashion show.
“Kita bersama-sama mengembangkan itu dari hulu sampai hilir. Kedepan mungkin ke pemasarannya, bahwa ada batik warna alami di Borobudur yang bisa dikembangkan kembali,” tambahnya.
Mahajava Aksata melalui Festival Tridaya Mandala Borobudur juga membangun jejaring antar pemuda di 10 destinasi wisata yang termasuk dalam “Program Bali Baru”.
Narasumber Masro Delima Silalahi, mengatakan sarasehan pada Festival Tridaya Mandala Borobudur menjadi ruang berbagi pengalaman, bahwa pelaksanaan Program Bali Baru tidak semulus yang dibayangkan masyarakat, saat dulu proyek besar pemerintah itu direncanakan.
Di Danau Toba misalnya, pembangunan infrastruktur pariwisata secara besar-besaran mengesampingkan kepentingan komunitas lokal. Alih fungsi lahan, konflik kepemilikan tanah, serta meruncingnya persaingan antar pengelola wisata, mengancam kearifan lokal warga Toba.
“Kami sharing, berbagi pengalaman. Dulu kami sudah terhipnotis dengan ilusi Bali Baru tersebut. Pengalaman kita itu menjadi pembelajaran bagi semuanya. Khususnya Borobudur. Karena konsep (pariwisata)-nya sama sebenarnya,” kata Delima.
Adapun narasumber Amri Nuryadin mengatakan Program Bali Baru yang menyeragamkan paradima pariwisata, mengancam punahnya unsur lokalitas budaya. Wisata hanya mengedepankan kepentingan investor dan mengabaikan pengelolaan berbasis masyarakat.
Ia berharap forum serupa yang digagas Mahajava Aksata melalui Festival Tridaya Mandala Borobudur, dapat menghasilkan solusi membangun destinasi wisata tanpa memingirkan hak-hak dasar warganya.
“Dalam jaringan ini kita carikan solusinya. Sehingga wisata tidak justru meminggirkan hak-hak dasar warga yang ada di sekitarnya," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Jadwal SIM Keliling Bantul Hari Ini Kamis 26 Juni 2025: Di Kalurahan Wukirsari Imogiri
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Terima Tawaran Pak Basuki, Gus Yusuf Akan Buka Pondok Pesantren di IKN
- Ketua RT di Kota Magelang Terima Honor Rp350.000, Ketua RW Rp500.000
- Bupati Agus Gondrong Resmikan Rumah Singgah di Sleman, Fasilitasi Warga Temanggung Saat Berobat di DIY
- Pembangunan Pariwisata Borobudur Harus Unggulkan Kebudayaan Lokal
Advertisement
Advertisement