Advertisement

Seniman Asal Portugal Pamerkan Lukisan Unik di Borobudur, Hanya Bisa Dilihat dengan Lampu Senter

Nina Atmasari
Senin, 25 Agustus 2025 - 06:37 WIB
Sunartono
Seniman Asal Portugal Pamerkan Lukisan Unik di Borobudur, Hanya Bisa Dilihat dengan Lampu Senter Seorang pengunjung menyaksikan lukisan karya Nelson Ferreira, dengan lampu senter, di Lalitavistara Restaurant, Kompleks Candi Borobudur, Magelang, Minggu (24/8/2025) malam. - Harian Jogja/Nina Atmasari

Advertisement

Harianjogja.com, MAGELANG—Seorang seniman asal Portugal berkebangsaan Inggris, Nelson Ferreira, akan menggelar pameran lukisan di Borobudur. Uniknya, lukisan ini hanya bisa dilihat jika diterangi lampu senter dalam suasana lingkungan yang gelap.

Ada tiga lukisan yang akan dipamerkan yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Sewu. Masing-masing lukisan terdiri tiga lembar kanvas yang berjejer. Ketiga lukisan tersebut ditampilkan perdana di Lalitavistara Restaurant, Kompleks Candi Borobudur, Magelang, Minggu (24/8/2025) malam.

Advertisement

Dalam penampilan perdana tersebut, ketiga lukisan dipasang di halaman resto yang berada di pelataran terbuka Candi Borobudur. Nelson Ferreira menginstruksikan untuk mematikan penerangan yang mengarah ke lukisan tersebut. Tanpa cahaya, ketiga lukisan tersebut tampak berupa kanvas putih kosong tanpa lukisan.

BACA JUGA: Jadwal Kereta Api Prameks Senin 25 Agustus 2025

"Saya ingin menyampaikan pesan dari pameran ini bahwa setiap orang yang menyaksikan lukisan ini dalam cara yang berbeda, meski ada orang yang bersebelahan, jika arah cahaya yang diarahkan berbeda, maka lukisan bisa terlihat berbeda. Terkadang akan terlihat lebih gelap, kadang lebih terang," jelas Nelson.

Pesan yang ingin dia sampaikan dari lukisan ini adalah bahwa persepsi setiap orang bersifat subjektif. Lukisan ini menjadi pengingat bahwa setiap orang dan orang lainnya saat melihat satu objek yang sama, bisa menghasilkan gambar yang berbeda.

"Jadi jika pada satu lukisan yang sederhana saja bisa dipersepsikan berbeda oleh orang yang berbeda, maka bisa dibayangkan bagaimana kehidupan dan semesta ini [dipersepsikan] yang jauh lebih kompleks daripada lukisan," tuturnya.

Selanjutnya, Nelson Ferreira mengajarkan cara melihat lukisan karyanya. Pengunjung harus menyalakan lampu senter yang bisa didapatkan dari ponsel, kemudian mengarahkan cahayanya pada lukisan. Cara terbaik untuk menyaksikan lukisan tersebut adalah dengan meletakkan ponsel di depan hidung, dengan senter menyala ke depan, dan cahayanya mengarah pada lukisan.

Dalam posisi senter tetap di depan hidung, selanjutnya pengunjung diarahkan bergerak atau bergeser untuk mengamati lukisan dari sisi yang berbeda-beda. Perpindahan cahaya tersebut menghasilkan penampakan yang berbeda-beda pada lukisan.

"Lukisan ini akan menghasilkan penampakan yang berbeda jika dilihat dari sudut yang berbeda. Jika dilihat dari depan, lukisan akan lebih berwarna, namun jika dilihat dari samping, lukisan akan tampah berwarna coklat, hitam dan abu-abu," jelas Nelson.

Nelson yang merupakan seorang dosen seni di Inggris itu masih merahasiakan tentang proses pembuatan lukisan tersebut. Ia hanya menyebutkan bahwa proses melukis harus dilakukan dalam kondisi gelap di malam hari yang ia sebut sebagai nocturnal.

Proses melukis dilakukan mulai 4 Agustus lalu. Setiap lukisan diselesaikan dalam waktu lima malam. Selanjutnya, ia menambahkan dua malam untuk pendokumentasian proses melukis tersebut.

Kemungkinan ia baru akan melakukan review proses pembuatan lukisan dalam beberapa tahun ke depan, setelah selesai tur dunia untuk melukis warisan dunia. Saat ini, ia masih fokus untuk melukis objek warisan dunia. Sebelum ke Indonesia, Nelson sudah melukis Menara Belem di Portugal menggunakan metode lukisan serupa.

"Tiga tahun lalu saya berkunjung ke Candi Borobudur, juga ke Candi Sewu. Di Candi Sewu saya melihat pandangan istimewa. Setelah melihat candi dua menit, saya bisa punya bayangan ada banyak lukisan yang ingin saya realisasikan di sana," tuturnya.

Kedatangannya ke Indonesia ini merupakan undangan dari In Journey, setelah sebelumnya dilakukan MoU Twin World Heritage dengan Pemerintah Portugal. In Journey kemudian mengundang Nelson untuk melukis di Candi Borobudur yang merupakan salah satu warisan dunia.

Nelson sedikit berbagi tentang proses melukisnya. Saat melakukan proses melukis di candi-candi di Indonesia, ia menghadapi suhu yang lembab sehingga jika di Portugal lukisan goresan kuasnya bisa kering dalam waktu dua menit, di Indonesia butuh waktu lebih dari satu jam. Ia pun mencari cara mengeringkan lebih cepat yaitu dengan hair dryer.

Lukisan Nelson ini akan dipamerkan di Museum Seni Kampung Seni Borobudur pada September mendatang.

Commercial Group Head PT Taman Wisata Borobudur (TWB), AY Suhartanto menyambut baik pameran lukisan ini, karena menjadi daya tarik wisata ke Candi Borobudur.

"Pameran lukisan ini menjadi suatu kesenyapan kesenian, keheningan di candi-candi, dan aura spiritual. Dan tak kalah penting adalah tentang warisan dunia. Mudah-mudahan apa yang diberikan Nelson ini menjadi diplomasi budaya antara Indonesia dan Portugal," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Biaya Operasional Trans Jogja Dipangkas, PT AMI Tegaskan Tak Mengurangi Layanan

Biaya Operasional Trans Jogja Dipangkas, PT AMI Tegaskan Tak Mengurangi Layanan

Jogja
| Senin, 25 Agustus 2025, 23:27 WIB

Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul

Wisata
| Rabu, 20 Agustus 2025, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement