Advertisement
Pasar Tradisional di Kabupaten Magelang Makin Sepi, Ini yang Dilakukan Pemkab

Advertisement
Harianjogja.com, MAGELANG—Pemkab Magelang berupaya menata dan menertibkan 17 pasar yang ada di wilayah ini. Pemkab juga mencari solusi untuk keluhan sepinya aktivitas di pasar saat ini.
Bupati Magelang, Zaenal Arifin menjelaskan Pemkab Magelang terus melakukan upaya dan langkah konkret dalam mengatasi permasalahan pasar. "Penataan dan penertiban pasar dalam 3 tahun ini dilakukan dengan intens dan bertahap di 17 pasar," jelasnya, dalam sambutan Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Magelang, baru-baru ini.
Advertisement
Langkah konkret dan nyata sudah dilakukan di Pasar Tempuran, dimana langkah dan konsep - konsepnya merujuk pada Pasar SNI dengan berbagai syarat dan ketentuan berlaku, yang hasil akhirnya Pasar Tempuran diakui sebagai pasar SNI. Pasar Kaliangkrik dalam proses penataan dan penertiban sesuai standart pasar SNI.
Adapun terkait dengan pedagang tidak berizin, dalam konteks ini adalah lesehan, fakta di lapangan memang masih banyak kendala termasuk ketidakpatuhan pedagang. "Ini yang menjadikan dilema dalam melakukan tindakan di lapangan. Hal tersebut tidak terlepas dari maksud dan tujuan dibuat berdirinya pasar, dan yang paling signifikan adalah bentuk dan kondisi pasar yang ada di Kabupaten Magelang adalah Pasar Tradisional," tutur Zaenal.
Dia juga mengakui kondisi sepinya pasar saat ini memang sangat terasa sekali. Hal ini tidak dipungkiri sebagai akibat dari lajunya teknologi informasi yang tidak seiring dengan SDM pelaku pasar sendiri.
Namun, Pemkab tidak tinggal diam. Upaya yg dilakukan Pemkab secara riil adalah sudah melakukan kerja sama dengan BPD Jateng (E-Retribusi) namun terkendala dengan proses realisasi payung hukum sampai dengan saat ini.
BACA JUGA: Pemkab Magelang Siapkan Inovasi Daerah Berbasis Teknologi
Salah satu pedagang Pasar Tempuran, Nuri, 39, mengungkapkan kondisi di pasar saat ini semakin sepi. "Penghasilan sekarang bahkan hanya setengah yang dulu saat belum ada online-online," katanya tanpa bersedia menyebutkan berapa omzetnya.
Perempuan yang berjualan sembako dan kebutuhan sehari-hari tersebut menduga penyebabnya semakin sepinya pasar adalah banyaknya toko online yang menjual barang dengan harga murah. Selain itu juga karena banyak pedagang sembako dan sayur yang keliling ke kampung-kampung. Jadi orang gak perlu ke pasar untuk belanja.
Untuk menarik pembeli, ia berusaha menata barang dagangannya agar rapi, bersih dan terlihat banyak. "Jadi barang dagangan harus dipajang dan terlihat semua biar pembeli tertarik kalau lengkap," katanya.
Pedagang lain, Kholifah, 53 menduga pedagang online bisa menjual barang dengan harga lebih murah karena mereka tidak perlu sedia barang, hanya memamerkan foto produk. Saat ada pemesan, baru penjual itu kulakan sesuai pesanan.
"Ini beda dengan kami yang di pasar. Modalnya banyak karena harus kulakan banyak dan menyediakan barang untuk mengisi toko. Jadi barangnya ada di sini. Tapi ini keunggulan pedagang di pasar, pembeli bisa melihat langsung barangnya, jadi jelas saat mau beli," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ayah dan Anak Meninggal Kecelakaan di Jalur Wisata Gunungkidul, Polisi Imbau Pengendara Hati-hati
Advertisement

Cari Tempat Seru untuk Berkemah? Ini Rekomendasi Spot Camping di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement