Advertisement

Promo Desember

Kampung Wisata Mendut Gelar Festival Budaya Hariti, Tambah Keragaman Budaya di DSP Borobudur

Nina Atmasari
Minggu, 08 Desember 2024 - 12:17 WIB
Ujang Hasanudin
Kampung Wisata Mendut Gelar Festival Budaya Hariti, Tambah Keragaman Budaya di DSP Borobudur Pentas kubro siswo dalam Festival Budaya Hariti di Kampung Wisata Mendut, Mungkid, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/12/2024). - Harian Jogja/Nina Atmasari

Advertisement

Harianjogja.com, MAGELANG-- Warga Kelurahan Mendut, Mungkid, Kabupaten Magelang menggelar Festival Budaya Hariti. Selain untuk melestarikan kebudayaan asli peninggalan leluhur, kegiatan ini juga menjadi upaya pengembangan kebudayaan di kawasan Destinasi Super Prioritas (DSP) Borobudur.

Festival Budaya Hariti digelar di Dusun Bojong selama dua hari, Jumat-Sabtu (5-7/12/2024). Di lokasi yang merupakan kawasan rumpun bambu di atas Sungai Progo, ditampilkan berbagai kesenian tradisional khas Mendut, yaitu kubro siswo, topeng ireng, dan Tari Hariti. Selain itu, disajikan pula makanan khas yaitu mendut, petruk serta hasil kerajinan kriya.

Advertisement

Ketua Pokdarwis Kelurahan Mendut, Wahyu Setiyono menjelaskan Festival Budaya Hariti adalah festival budaya dan kesenian daerah di Kelurahan Mendut. Tema ini mengambil salah satu cerita tentang Dewi Hariti yang ada dalam relief Candi Borobudur.

"Dewi Hariti dahulunya merupakan sosok butho yang menakutkan dan suka memakan anak-anak. Tetapi setelah reinkarnasi, Dewi Hariti menjadi dewi pelindung dan sayang pada anak-anak. Cerita ini ditampilkan dalam Tari Hariti, yang dipentaskan oleh anak-anak," katanya, Sabtu.

Adapun kubro siswo dan topeng ireng menurutnya adalah kesenian tradisional dari Mendut yang menjadi cikal bakal di Kabupaten Magelang bahkan di Jawa.

BACA JUGA: Kampung dan Desa Wisata Didorong untuk Menerapkan Pariwisata Berkelanjutan untuk Menarik Wisatawan

Untuk kuliner, mendut adalah nama makanan yang berasal dari kawasan tersebut karenanya diberi nama yang sama dengan nama kelurahan tersebut. Mendut merupakan sejenis kudapan yang biasa disajikan untuk snack dan sudah populer di berbagai daerah.

"Kalau petruk adalah makanan dari ubi yang diparut lalu diisi sayuran. Petruk ini hanya ada di Mendut, sehingga menjadi makanan tradisional khas di sini," tambah Wahyu Setiyono.

Festival ini pertama kali digelar, setelah Kampung Wisata Mendut mendapatkan pendampingan dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI. Wahyu berharap kegiatan ini bisa dilaksanakan rutin untuk menarik wisatawan.

Lurah Mendut, Purwoko Adi Nugroho menjelaskan festival budaya ini dilaksanakan bersama Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah 10 dengan Kelurahan Mendut serta Museum dan Cagar Budaya (MCB). Tujuannya, meningkatkan minat anak-anak dan warga untuk nguri-uri (melestarikan) budaya dan kesenian topeng ireng dan kubro siswo.

"Keinginan kami, semua sekolah mulai SD, SMP sampai SMA dapat memberikan ekstrakurikuler kesenian topeng ireng dan kubro siswo. Saat ini tingkat TK dan PAUD di Mendut sudah melaksanakannya. Kami berharap ke depan untuk menumbuhkembangkan anak melalui kesenian," jelasnya.

Kelompok seni kubro siswo dan topeng ireng dari Kelurahan Mendut sudah ada sejak tahun 1965 dan saat ini sudah dikenal hingga keluar daerah. Mereka sudah pentas di berbagai daerah memenuhi undangan warga.

Dalam dua kesenian tersebut, menurut Purwoko Adi Nugroho, terdapat edukasi tentang nilai-nilai kehidupan dalam lirik lagu maupun gerakannya. Kubro siswo bermuatan tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI dari arus radikal serta siar agama Islam. Adapun topeng ireng berisi aktivitas kehidupan masyarakat agar bersemangat kerja, dakwah agama Islam serta menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.

Arkheolog dari MCB, Hari setiawan menjelaskan Mendut berada di kawasan DSP Borobudur. Ada tiga candi dalam kawasan tersebut yang ditetapkan menjadi warisan dunia, yaitu Candi Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut.

"Jadi tentunya perlu upaya mengembangkan salah satunya seni dan budaya. Bagaimana mengambil nilai-nilai budi pekerti dari 3 candi itu. DSP Borobudur sangat luas. Penting untuk mengembangkan budaya yang bisa mengembangkan potensi masyarakat sekitar. Caranya kembangkan potensi tradisonal, kuliner tradisional, atau atraksi yang mengundang wisata," kata Hari setiawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Tiga Hari Lagi Berangkat, Calon Transmigrasi Gunungkidul Belum Juga Terima Surat Penempatan

Gunungkidul
| Kamis, 12 Desember 2024, 18:27 WIB

Advertisement

alt

Mingguan (Jalan-Jalan 14 Desember) - Jogja Selalu Merayakan Buku

Wisata
| Selasa, 10 Desember 2024, 17:38 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement